Artikel

Mengulik Kisah Sukses Bisnis Franchise Dawet Kemayu dengan 145 Outlet Hanya dalam Jangka Waktu Setahun

Akhir-akhir ini Dawet Kemayu menjadi salah satu brand franchise yang ramai jadi perbincangan. Jenis minuman dawet yang ditawarkan memang terbilang unik dan lain dari yang lain. Brand ini mengklaim jika dawet mereka ini tidak memakai bahan santan, bebas kolesterol, dan rendah gula.

Muhammad Furqon Ardhy Waspada sebagai salah seorang foundernya menyebut jika hal tersebut memang jadi unique selling proposition (USP) yang dimiliki Dawet Kemayu.

Furqon juga mengaku kali pertama menelurkan ide bisnis minuman dawet ini sekitar Desember 2019.

“Kita dapat ide Dawet Kemayu ini dari minuman dawet ireng khas dari daerah Purworejo. Kita pengen menjual dawet khasnya Purworejo,” tambah Furqon.

Kemudian sejak bulan Desember 2019 sampai Januari 2020, bersama tiga partner lainnya, Furqon kerap mengikuti festival sampai pameran makanan yang diselenggarakan di Yogyakarta.

“Ternyata nama dawet ireng belum banyak yang kenal. Dawet ireng kan minuman khas dari Purworejo. Biar seluruh masyarakat Indonesia bisa lebih tahu kalau bukan hanya ada dawet Banjarnegara saja, tapi ada dawet ireng dari Purworejo juga ada,” papar Furqon.

Hingga kemudian setelah melalui proses perencanaan yang cukup matang, ia pun memulai bisnis minuman Dawet Kemayu di 5 titik di kawasan Yogyakarta sekitar Maret 2020.

145 franchise 

Awalnya Furqon masih belum menjalankan bisnisnya dengan kerjasama sistem franchise. Baru sekitar bulan September 2020, Furqon pun mulai membuka bisnisnya dengan konsep franchise.

Selama 2 hingga 3 bulan pertama Furqon mengaku jika bisnisnya masih harus berjuang. Selain terbilang bisnis baru, ditambah lagi kondisi masyarakat sedang tidak kondusif akibat pandemi virus Covid-19 yang baru melanda sebagian wilayah Indonesia.

“Kebetulan di bulan ke 4 hingga 6 itu profit selalu bagus. Baru kemudian banyak yang bertanya, kenapa nggak di-franchise in aja? Akhirnya diambil keputusan di 3 bulan terakhir sekitar Juni-Juli-Agustus kita buat sistem franchise,” lanjut Furqon.

Baru kemudian sekitar awal bulan September 2021, Furqon membuka kesempatan untuk memulai bisnis franchise. Hingga, outlet franchise yang dimiliki oleh Dawet Kemayu pun kini meningkat pesat.

Sampai saat ini, franchise Dawet Ayu setidaknya sudah memiliki 145 outlet yang tersebar merata hingga 30 kota lebih, khususnya Pulau Jawa. Sekarang ini, omzet tahunan dari Dawet Ayu bahkan telah mencapai angka 9 digit rupiah.

Jika hanya dihitung dari sumber pendapatan re-order bahan baku yang diperoleh dari mitra franchise, Dawet Ayu Furqon mampu meraup omzet penjualan sekitar Rp 2,5 m per tahun.

Furqon pun juga tak ingin lekas berhenti bermimpi, Ia pun juga berharap mampu mencapai targetnya hingga memiliki 250 outlet di akhir tahun 2021. 

Perkembangan bisnis franchise yang terbilang pesat

Menurut sang owner, ada sejumlah faktor yang menjadikan Dawet Kemayu ini mampu berkembang pesat seperti saat ini. Pertama dari USP yang Dawet Kemayu perkenalkan yakni tak menggunakan santan, bebas kolesterol, dan low sugar.

“Dawet sebenarnya kenyal. Mirip boba tapi gak terlalu juga, cuma kenyal. Lalu kita juga gak pakai santan, ini yang membuat dawet jadi jauh lebih sehat, non-kolesterol, non-diabetes. Cocok untuk teman-teman yang sedang program diet dan sebagainya,” jelas Furqon.

Furqon juga menuturkan jika target market utama dari Dawet Kemayu sebenarnya bukanlah dari generasi milenial. Namun generasi 80 hingga 90-an yang lebih familier dan rindu dengan aneka jajanan pasar tradisional, contohnya dawet ini tapi menghindari santan.

Produk Dawet Kemayu ini menggunakan krimer nabati dari salah satu brand ternama. Krimer ini digunakan untuk menggantikan santan, karena rasanya yang sedikit santan tetapi produk krimer ini diklaim jauh lebih sehat.

Tantangan dalam berbisnis

Saat ditanya tentang tantangan yang dihadapi selama menjalankan bisnis dawetnya ini, Furqon mengakui jika masih agak merasa kesulitan saat melakukan edukasi mengenai produk yang sedang ia tawarkan.

Menurut Furqon, sebagian besar masyarakat masih salah kaprah tentang dawet. Banyak yang menganggap bahwa dawet bukanlah jenis minuman yang sehat karena didalamnya terdapat gula yang cukup banyak dan juga santan.

“Tantangan dari segi customer sih masih dari segi edukasi produk. Jika ada lho minuman dawet atau jajanan tradisional yang sehat. Nggak usah takut untuk mengkonsumsi ini, karena sehat dan dapat dikonsumsi hampir setiap hari. Jadi nggak perlu takut terkena diabetes, kolesterol, dan lagi cocok juga untuk program dietnya yang berantakan,” jelas Furqon.

Oleh sebab itu, dibutuhkan strategi serta SDM yang tepat agar bisa melakukan penetrasi secara langsung kepada konsumen.

Bukan hanya langsung menyasar ke konsumen secara umum, tetapi juga ke organisasi, perusahaan, maupun komunitas.

Nah, itu tadi sekilas informasi menarik tentang kisah perjalanan bisnis Dawet Kemayu. Bisnis minuman khas tradisional yang mencoba menggali potensinya untuk eksis kembali dan ternyata mendapat sambutan yang cukup hangat. Yuk temukan inspirasi lainnya hanya di GudangKemasan.com.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *